finaninsia – Tradisi dapat ditunjukkan dari hasil budaya yang masih ditemui, baik yang sederhana maupun modern. Hal ini merupakan kemajuan pola pikir nenek moyang kita dalam berkarya baik secara fisik maupun non fisik. Sebagai hasil teknologi, kebudayaan fisik cepat mengalami perkembangan.
Kebudayaan sendiri merupakan kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya yang memiliki kelemahan dan keunggulan, oleh karena itu, tidak ada kebudayaan yang sempurna. Jamasan pusaka merupakan salah satu cara merawat benda-benda pusaka seperti keris dan benda pusaka lainnya yang dianggap memiliki tuah.
Dalam tradisi masyarakat Jawa, jamasan pusaka menjadi sesuatu kegiatan spiritual yang cukup sakral dan dilakukan hanya dalam waktu tertentu saja yaitu pada bulan Muharram (suro) seperti yang dilakukan di Desa Sewulan Kabupaten Madiun.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendekatkan generasi muda dengan tradisi yang masih ada di dalam lingkungannya, supaya generasi muda dapat mencintai budaya lokal sendiri dan juga tradisi ini sebagai ajang silaturahmi masyarakat Desa Sewulan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu wawancara langsung ke narasumber atau tokoh masyarakat dan hasil wawancara berupa catatan lapangan yang kemudian diambil kesimpulannya yaitu Jamasan memandikan pusaka atau keris menggunakan perasan air jeruk nipis kemudian dijamasi dengan air bunga setaman dilanjut dengan air kelapa hijau dan terakhir lumuri racun arsenik atau warangan.
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali
keanekaragaman suku bangsa, budaya dan adat istiadat sehingga Indonesia dikatakan negara yang multikultural. Dengan memiliki berbagai jenis tradisi dan kebudayaan yang beragam di setiap daerah yang dijadikan sebagai identitas dari daerah tersebut.
Tradisi bisa berupa upacara adat, upacara adat mempunyai makna atau nilai-nilai religious dan nilai-nilai sosial yang dapat menumbuhkan dan membangkitkan rasa solidaritas yang tinggi diantaranya yaitu: kebersamaan, ketetanggaan, dan kerukunan.
Tradisi merupakan suatu gambaran atas sikap dan perilaku manusia yang berproses dalam waktu yang cukup lama serta dilakukan secara turun temurun yang sudah dilakukan dari zaman nenek moyang terdahulu, dilakasnakannya tradisi sebagai bagian dari pewarisan kebiasaan yang berisi nilai-nilai.
Tradisi menjadi suatu hal yang diyakini dan dipercaya keberadaannya oleh masyarakat. Tradisi jamasan pusaka merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Suro pada penanggalan Jawa atau bulan Muharram pada penanggalan Hijriyah.
Tradisi Jamasan pusaka ini merupakan tradisi turun temurun yang tidak pernah ditinggalkan sejak zaman dahulu serta mendapat dukungan dari masyarakat. Dengan mengetahui tradisi ini maka generasi penerus bisa mengetahui tujuan, fungsi, makna.
Di Desa Sewulan sebagian besar masyarakatnya mereka mempercayai tradisi jamasan pusaka ini. Dalam kenyataannya masyarakat desa Sewulan sangat mempercayai adanya tradisi jamasan pusaka ini Masyarakat sangat mendukung adanya tradisi jamasan pusaka ini bukan tanpa sebab melainkan karena tradisi jamasan pusaka ini merupakan tradisi yang sudah diwariskan oleh nenek moyang zaman dahulu dan dilaksanakan turun temurun hingga saat ini sehingga menjadi adat istiadat.
Di Desa Sewulan ini tradisi jamasan pusaka dilakukan sejak lama yang berkaitan dengan lahirnya Desa Sewulan. Pusaka yang dijamas ini merupakan pusaka inti warisan dari Kyai Ageng Basyariyah yang digunakan untuk berjuang melawan penjajah untuk mempertahankan kerajaan Mataram, Madiun di Desa Sewulan.
Oleh karena itu masyarakat sangat menghormati pusaka-pusaka yang ada di Desa Sewulan karena tradisi jamasan pusaka ini merupakan hal yang sudah ada sejak dulu dan dilestarikan hinga saat ini.
B. Kehadiran Jamasan Pusaka
Jamasan pusaka di Desa Sewulan ini berawal dari nenek moyang pendiri Desa Sewulan yaitu Kyai Ageng Basyariyah yang berupa pusaka tombak, keris, songsong, dan lampit yang jumlahnya lebih dari 10 pusaka andalan.
Namun, untuk songsong tidak dijamasi hanya cukup diikut sertakan dalam Prosesi adat jamasan tersebut. Dan tradisi ini merupakan tradisi yang sudah lama yang berkaitan dengan lahirnya Desa Sewulan.
Dan tradisi ini menjadi salah satu ikon di desa Sewulan. Sehingga masyarakat desa Sewulan tetap menjaga dan melestarikan budaya ini agar tidak punah.
Baca juga : PENTINGNYA MENDIDIK ANAK DI USIA DINI DAN GAYA BELAJARNYA
C. Aspek Ritual
Upacara Jamasan Pusaka termasuk jenis upacara ritual. Dalam menjalankan suatu ritual terdapat kriteria antara lain:
1. waktu kegiatannya tertentu. Seperti di Desa Sewulan ini acara Jamasan pusaka juga dilakukan pada waktu tertentu yaitu satu tahun sekali pada bulan Suro pada penanggalan Jawa atau bulan Muharram pada penanggalan Hijriyah dan dilakukan pada hari Selasa Kliwon atau Jum’at Legi,
2. Tempat kegiatannya tertentu. Seperti di Desa Sewulan ini acara Jamasan pusaka dilakukan di tempat tertentu yaitu di Pendopo Perdikan Sewulan,
3. terdapat alat dan bahan tertentu saat tradisi berlangsung. Seperti di Desa Sewulan acara Jamasan pusaka juga terdapat alat dan bahasa tertentu dalam acara tersebut. Alat dan bahan tersebut yaitu air biasa, bunga setaman terdiri dari 5 macam antara lain bunga mawar merah, mawar putih, kanthil, kenanga, melati, minyak wangi bahan dasar kayu cendana, atau bunga melathi, atau bahan berbagai bunga misalnya minyak serimpi cap putri duyung, belimbing wuluh atau jeruk nipis, baki atau nampan, dupa atau ratus atau kemenyan, kain kafan atau kain mori cukup ½ meter s/d 1 meter, tikar dan sikat gigi yang baru (jangan bekas), racun arsenik (warangan), mengkudu, dan kelapa hijau.
Prosesi jamasan pusaka yaitu pertama tama pusaka tadi direndam di air perasan jeruk nipis dan mengkudu (bentis) setelah itu dimasukkan ke dalam wadah yang berisi kembang setaman lalu dibersihkan, setelah itu dimasukkan ke dalam wadah yang berisi kembang setaman lalu dibersihkan, setelah bersih pusaka tadi diberi minyak kenanga atau melati yang berfungsi untuk menutup karat.
Selanjutnya pusaka diangin-anginkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, baru dimasukkan kembali ke dalam warangka (wadah).
Selanjutnya setelah tradisi menjamas selesai dan pusaka sudah dikembalikan ke gedong pusaka (tempat penyimpanan pusaka) dilanjutkan dengan acara grebek suro (grebek Sewulan) yaitu bisa disebut dengan kirap pusaka yaitu dengan keliling desa yang dilakukan pada pagi hari.
Pada kirab ini diikuti seluruh warga Desa Sewulan dengan membawa gunungan hasil bumi yang nantinya setelah kirab selesai akan dibagikan dengan sesama atau dengan warga desa.
Dalam tradisi jamasan yang dilaksanakan di Desa Sewulan ini terdapat nilai-nilai budaya dan sosial. Nilai-nilai tersebut antara lain:
a) Nilai Sosial
Masyarakat desa Sewulan semakin guyub rukun karena dengan acara tersebut membuat semua masyarakat berkumpul dan berinteraksi dengan sesama.
b) Nilai Budaya
Pelaksanaan tradisi Jamasan Pusaka sendiri yaitu untuk nguri-nguri kebudayaan atau melestarikan kebudayaan leluhur agar tetap lestari hingga nanti.
Tradisi Jamasan Pusaka merupakan tradisi turun temurun yang memiliki aturan terkait dengan adat istiadat masyarakat sehingga tradisi ini tidak boleh ditinggalkan dan harus dilestarikan hingga nanti. Selain untuk melestarikan budaya, tradisi jamasan pusaka dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur.
Jamasan pusaka sendiri bertujuan untuk menjaga kualitas pusaka itu sendiri dari usia yang sudah sangat tua agar tetap terpelihara. Selain itu, jamasan pusaka mengandung filosofi yang tinggi yakni untuk menjamasi diri pribadi yang mana pusaka melambangkan lahir batin manusia karena terdapat warangka dan ada curiga.
Curiga diibaratkan sebagai roh sukma manusia, sedangkan warangka atau wadah diartikan sebagai tubuh manusia. Dengan disucikan di bulan Muharram atau bulan Suro, harapannya diri pribadi akan kembali suci seperti bayi yang baru dilahirkan.
Baca juga : 7 Tips Investasi Pemula Yang harus Anda Ketahui
Penutup
Tradisi Jamasan Pusaka yang ada di Desa Sewulan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun merupakan tradisi yang sudah dilakukan sejak zaman Ki Ageng Basyariyah dan dilaksanakan secara turun temurun hingga saat ini.
Pusaka-pusaka yang ada di Desa Sewulan ada 10 pusaka andalan yang meliputi pusaka tombak, keris, songsong, dan lampit. Tradisi Jamasan pusaka ini dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Suro atau Muharram pada hari Selasa Kliwon atau Jum’at Legi.
Setelah tradisi jamasan pusaka selesai dilanjutkan dengan acara grebek suro (grebek Sewulan) yaitu kirab atau mengelilingi desa yang diiukuti oleh seluruh warga Desa Sewulan dan kirab tersebut dilakukan pada pagi hari.
Tradisi Jamasan Pusaka ini berguna untuk menjaga kebudayaan agar tetap lestari dan bisa dinikmati oleh generasi muda (generasi penerus).
Penulis: Vita Setyana