finaninsia – Ikhlas merupakan salah satu akhlakul mahmudah yang harus dimiliki oleh semua orang. Secara sederhana, ikhlas adalah lawan dari riya yaitu kita melakukan segala pekerjaan ataupun ibadah hanya semata-mata karena ingin mendapatkan ridho Allah SWT.
Sementara rya yaitu melakukan suatu amal perbuatan dan ibadah karena ingin mencari penghargaan dan juga pengakuan dari manusia. Ikhlas merupakan kesucian hati dalam beribadah atau beramal untuk menuju kepada Allah.
Ikhlas adalah suasana kewajiban yang mencerminkan motivasi bathin kearah beribadah kepada Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak menuju kepada Allah.
Baca juga :
- Aqidah : Penegrtian, Sumber-Sumber dan Hukum Mempelajarinya
- Mengapa Beriman Kepada malaikat Allah Mendorong Kita Gemar Bersedekah
A. Pengertian Ikhlas
Secara bahasa ikhlas berarti murni (al-shafi) dan bersih dari campuran. Hakikat ihklas adalah al-tabarri ‘an kulli ma dunallah, bebas dari apa yang selain Allah. Artinya seseorang beribadah hanya mengharap ridha Allah SWT, bukan karena mengharap pujian makhluk.
Satu hal yang perlu dipahami bahwa ikhlas berkaitan erat dengan niat dalam hati seseorang ketika beribadah. Ikhlas yang sempurna harus dilakukan baik sebelum, sedang, dan sesudah beribadah. Sebab ada orang yang ikhlas ketika beribadah, tetapi setelah itu ia terjebak sikap riya’ (pamer), maka rusaklah nilai ibadahnya.
Secara kategoris, ikhlas dapat dibagi menjadi dua, pertama: ikhlas dalam beramal atau beribadah. Artinya kita berniat ikhlas dalam beramal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengagungkan perintah-Nya, memenuhi panggilan-Nya.
Kedua, ikhlas dalam mencari pahala, yaitu suatu keinginan untuk menggapai keselamatan di akhirat dengan cara melakukan amal shaleh. Dengan kata lain, amal kebajikan sebenarnya dapat diiringi dengan dua keikhlasan ikhlas beribadah karena Allah dan ikhlas beribadah karena memohon pahala akhirat.
Baca juga : PENTINGNYA MENDIDIK ANAK DI USIA DINI DAN GAYA BELAJARNYA
Dalam perspektif kaum sufi, ikhlas merupakan ruh dari amal shaleh. Beramal tanpa keikhlasan akan sia-sia, ibarat jasad tanpa ruh. Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal perbuatan di sisi Allah SWT.
Ikhlas Menurut Para Ulama’
Ada beberapa pendapat ulama mengenai pengertian ikhlas:
1. Menurut pendapat Abu Thalib mengatakan bahwa ikhlas mempunyai arti pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku menyimpang, pemurnian amal dari bermacammacam penyakit dan noda yang tersembunyi, pemurnian ucapan dari kata-kata yang tidak berguna, dan pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehenaki oleh Tuhan.
2. Menurut al-Qusyairi, ikhlas adalah penunggalan al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Dia dengan ketaatannya dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna-makna lain selain pendekatan diri pada Allah.
Bisa juga di artikan penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi.
3. Al-Ghazali menyatakan bahwa amal yang sakit adalah amal yang dilakukakn karena mengharap imbalan surga. Bahkan menurut hakikatnya, bahwa tidakdikehendaki dengan amal itu selain wajah Allah Swt. Dan itu adalah isyarat kepada keikhlasan orang-orang yang benar (al-siddiqiin), yaitu keikhlasan
4. Muhammad `Abduh mengatakan ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah Swt. dengan selalu manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya dengan makhluk apapun dan bukan dengan tujuan khusus seperti menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk mendapatkan keuntungan serta tidak mengangkat selain dariNya sebagai pelindung.
Dari definisi diatas, ikhlas merupakan kesucian hati dalam beribadah atau beramal untuk menuju kepada Allah. Ikhlas adalah suasana kewajiban yang mencerminkan motivasi bathin kearah beribadah kepada Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak Menuju kepada Allah. Dengan satu pengertian, ikhlas berarti ketulusan niat untuk berbuat hanya karena Allah.
B. Ciri-Ciri Ikhlas
Adapun ciri-ciri ikhlas sebagai berikut:
1. Tidak Suka Dipuji
Pujian adalah salah satu ujian untuk orang-orang yang melakukan amal perbuatan baik dengan pujian seseorang dapat terkena penyakit ujub atau sombong. Oleh karena itu, seseorang mukhlis tidak akan pernah suka dengan pujian yang berasal dari seseorang.
2. Tidak Berambisi Menjadi Pemimpin
Salah satu kelebihan dari seorang pemimpin yaitu dihormati dan disegani oleh banyak orang. Dengan kepemimpinan, seseorang akan lebih mudah menjadi sombong dan congkak. Namun, berbeda dengan orang yang mempunyai sifat ini, mereka akan tenang dan diam serta tidak akan mencalonkan dirinya sendiri untuk menjadi seorang pemimpin
3. Mendengarkan Nasehat
Di dalam sebuah pepatah Arab mengungkapkan: “Ambilah hikmah (pelajaran) meski dari mulut binatang. Orang yang mukhlis akan senantiasa menghargai orangorang yang menasehatinya.”
4. Menganggap Sama Pujian Dan Hinaan
Kewajiban seorang muslim yaitu melakukan perintah Allah SWT dengan baik sebagai salah satu tanda penghambaan kepada Sang Pencipta. Seringkali, apa yang orang lakukan memperoleh pujian dan juga hinaan dari orang-orang sekitar.
Sementara untuk seorang mukhlis, pujian dan juga hinaan adalah hal yang sama. Mereka tidak akan memikirkan hal itu, karena yang mereka tahu hanyalah niat dari orang-orang sekitar
5. Melupakan Amal Baik
Salah satu ciri ikhlas selanjutnya adalah dengan melupakan amal baik yang sudah dilakukan. Saat seseorang melakukan amal kebaikan seperti halnya menolong orang lain, biasanya seorang mukhlis akan lupa dan tidak akan pernah mengingatnya lagi. Dengan begitu, orang yang ikhlas tidak dengan mudah berbicara atau mengungkit kebaikan yang telah dilakukan sebelumnya.
6. Melupakan Hak Amal Baiknya
Seseorang yang melakukan amal ibadah dengan ikhlas akan melupakan amal yang telah mereka perbuat. Tak hanya itu saja, mereka juga akan melupakan hak amal baiknya. Saat seseorang melakukan amal baik, biasanya mereka akan menuntut haknya.
Baca juga : Entrepreneurship : Definisi, Tujuan, Manfaat, dan Tahapan-Tahapan EntrepreneurNYA MENDIDIK ANAK DI USIA DINI DAN GAYA BELAJARNYA
C. Tingkatan Ikhlas
Menurut Ibnu Ajibah sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir ‘Isa dalam kitab Haqiqah
Tashawwuf, ikhlas dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu:
a. Ikhlas tingkatan orang umum (‘awamm)
Ia beribadah kepada Allah, tetapi masih disertai mencari keuntungan duniawi dan ukhrawi. Misalnya, ingin agar badanya sehat, hartanya banyak, dan mendapat pahala, bidadari serta surga di akhirat.
Termasuk dalam kategori ikhlas tingkat orang awam adalah apabila kita mengajar atau memberi kuliah, tapi dalam hati masih ‘mengharap upah atau gaji.
b. Ikhlas tingkatan orang khusus (khawash)
Dalam tingkatan ini seorang hamba beribadah semata-mata untuk mencari keuntungan akhirat. Tidak ada moivasi sedikitpun untuk mencari keuntungan duniawi. Namun, didalam hatinya masih ada keinginan untuk memperoleh pahala, surga, dan lain sebagainya.
c. Ikhlas tingkatan orang khawashul khawas
Seorang hamba dikategorikan masuk dalam maqam ini jika ia beribadah tidak ada motivasi atau tendensi apa pun, kecuali mengharap ridha dari Allah SWT.
Ia beribadah untuk menegaskan sifat kehambaannya. Ia beribadah didasari oleh rasa mahabbah (cinta) dan syauq (rindu) kepada Allah SWT.
KESIMPULAN
Ikhlas merupakan kesucian hati dalam beribadah atau beramal untuk menuju kepada Allah. Ikhlas adalah suasana kewajiban yang mencerminkan motivasi bathin kearah beribadah kepada Allah dan kearah membersihkan hati dari kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang tidak Menuju kepada Allah.
Dengan satu pengertian, ikhlas berarti ketulusan niat untuk berbuat hanya karena Allah.
Ciri-ciri ikhlas:1. Tidak Suka Dipuji, 2. Tidak Berambisi Menjadi Pemimpin, 3. Mendengarkan Nasehat, 4. Menganggap Sama Pujian Dan Hinaan, 5. Melupakan Amal Baik,6. Melupakan Hak Amal Baiknya.
Tingkatan ikhlas: a. Ikhlas tingkatan orang umum (‘awamm), b. Ikhlas tingkatan orang khusus (khawash), c. Ikhlas tingkatan orang khawashul khawas.
Oleh : SUCI AISYAH NINGTIAS